Bila Sang Waktu Telah Pergi Semua Akan Kembali Hanya Amal Yang Akan Menemani

Titian Qolbu

pemandangan pantai carita

keindahan pantai carita yang memukau dan mempesona.

semburan larfa anak gunung krakatau

muntahan larfa panas dan semburan magma keluar dari perut anak gunung krakatau.

wisata pantai hutan wanagama

Wanagama, nama yang berasal dari kata wana = alas atau hutan dan gama akronim dari gajah mada, sebuah kawasan hutan lindung seluas 600 hektar di wilayah kabupaten Gunungkidul.

wisata pantai sundak

Sundak, sebuah pantai di wilayah kabupaten Gunungkidul, tepatnya di desa sidoharjo kecamatan tepus. Berada di jajaran pantai selatan berderet dengan pantai Kukup, Krakal, Drini, Sepanjang dan Pantai Baron.

wisata alam baduy

budaya adalah kekayaan bangsa,salah satu nya yaitu suku baduy. keanekaragaman suku baduy merupakan kekayaan alam warisan dunia

Rabu, 28 Juli 2010

Mencari Ketenangan
Ketenangan itu dicapai melalui dzikrullah. Namun dzikrullah yang bagaimana dapat memberi kesan kepada hati? banyak orang yang berzikir tetapi tidak tenang. orang berkata, “ketika saya dihimpit hutang, jatuh sakit, dicerca dan difitnah, sayapun berdzikir. Saya ucapkan Subhanallah, Alhamdulillah, Allah hu Akbar beratus-ratus malah beribu-ribu kali tetapi mengapa hati tidak tenang juga?”
dZikrullah hakikatnya bukan sekadar menyebut atau mengucapkan kalimah. bedanya antara berdzikir dengan “membaca” kalimah dzikir. dZikir yang berkesan melibatkan tiga dimensi, dimensi ucapan (qauli), hati (qalbi) dan perbuatan (fikli).ketiga dimensi dzikir ini diaplikasikan.
Ketika lidah kita mengucapkan subhanallah – artinya Maha Suci Allah. Itu dzikir qauli. Namun, pada masa yang sama hati/fikiran hendaklah merasakan Allah itu Maha Suci pada dzat, sifat dan af’al (perbuatannya). Segala ilmu yang kita miliki tentang kesucian Allah hendaklah dirasakan bukan hanya diketahui. Allah itu misalnya, suci daripada sifat-sifat kotor seperti dendam, khianat, prasangka dan sebagainya.
Satukan kata, rasa dan tindakan Dengan Dzikrullah
Jika seorang hamba yang berdosa mau bertaubat kepada-Nya, Allah bukan hanya mengampuni dosa kita,menghapuskan catatan dosa kita, bahkan menyayangi dengan memberi “ganjaran” kepada yang mau bertaubat. Firman Allah:
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Allah akan menghapuskan kesalahan-kesalahan kamu dan memasukkan kamu ke dalam syurga-syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai…”At Tahrim ayat 8.
Firman Allah lagi:“ Sungguh, Allah menyukai orang yang taubat dan menyukai orang yang menyucikan diri” al baqarah 222.

“Mohon ampunlah kamu kepada Tuhanmu dan Bertaubatlah kepadanya niscaya Tuhanmu akan memberikan kepadamu kenikmatan yang baik secara terus menerus sampai kepada waktu yang telah di tentukan dan akan memberikan keutamaan-keutamaan dan barang siapa yang berpaling aku takut kamu akan di timpa siksaan yang besar pada hari kiamat” QS. Hud ayat 3.”
Itulah sifat Allah kepada Hambanya..Sifat ini berbeda sekali dengan kita manusia yang terkadang begitu sukar memaafkan kesalahan orang lain. Dan segelintir yang mampu memaafkan pula begitu sukar melupakan – forgive yes, forget not! Hendak memberi hadiah kepada orang yang bersalah malah mencaci, memfitnah dan menghina kita? jauh panggang daripada api! Begitulah kotornya hati kita yang senantiasa diselubungi dendam, prasangka dan sukar memaafkan. Tidak seperti Allah yang begitu suci, lunak dan pemaaf. Jadi, apabila kita bertasbih,rasa inilah yang harus diresapkan ke dalam hati. Ini dzikir Hati (qalbi) namanya.
Tidak cukup di tahap itu, Dzikrullah perlu ditingkatkan lagi ke dimensi ketiga. Hendaklah orang yang bertasbih itu memastikan perilakunya benar-benar menyucikan
Allah. Artinya, dia melakukan perkara yang sejalan dengan apa yang di perintahkan Allah yang Maha Suci maka manusiapun harus meninggalkan apa yang dilarang-Nya.juga menjalankan Yang halal, wajib, dan sunat. Manakala yang haram dan makruh ditinggalkannya. Zina, mengumpat, mencuri, memfitnah dan lain-lain dosa yang keji dan kotor dijauhi. Bila ini dapat dilakukan kita telah tiba di dimensi ketiga dzikrullah – dzikir fikli! Karena itu semua perbuatan yang Haram..
Kalaulah ketiga dimensi dzikrullah itu dapat dilakukan sangat mendalam kepada hati. Sekurang-kurangnya hati akan dapat merasakan empat hal, diantaranya:

Memiliki Rasa kehambaan.

Rasa kehambaan ialah rasa yang perlu ada di dalam hati seorang hamba Allah terhadap Tuhan-Nya. Antara rasa itu ialah rasa miskin, jahil, lemah, bersalah, hina dan lain-lain. Bila diuji dengan kesakitan, kemiskinan, cercaan misalnya, seseorang yang memiliki rasa kehambaan nampak segala-galanya itu datang daripada Allah. Firman Allah:
“Katakanlah (Muhammad), tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah bertawakal orang-orang yang beriman.” At Taubah: 51
Seorang hamba akan pasrah dan merasakan bahawa dia wajar diuji. Bukankah dia seorang hamba? Dia akur dengan apa yang berlaku dan tidak mempersoalkan mengapa aku yang diuji? Kenapa aku, bukan orang lain?seakan-akan manusia mempersoalkan Allah yang mendatangkan ujian itu. Menerima hakikat bahawa kita layak diuji akan menyebabkan hati menjadi tenang. Jika kita “memberontak” hati akan bertambah kacau.inilah hakekat Islam; Firman ALLAH “ Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepadnya(Ibrahim) tunduk patuhlah kamu Ibrohim! Ibrahim menjawab, Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta Alam” QS. Al Baqoroh ayat 131.”
Imam Ghazali rohimakullah pernah menyatakan bahawa cukuplah seseorang hamba dikatakan sudah “memberontak” kepada Tuhannya apabila dia menukar kebiasaan-kebiasaan dalam hidupnya apabila diuji Allah dengan sesuatu yang tidak disukainya. Misalnya, dia tidak mau makan-minum secara teratur, tidak mandi, tidak menyisir rambut, tidak berpakaian rapi, tidak merapihkan janggut dan lain-lain yang menjadi rutin hidupnya. Ungkapan mandi tak basah, tidur tak lelap, makan tak kenyang adalah satu “demonstrasi” seorang yang sudah tercabut rasa kehambaannya apabila diuji.
Bila ditimpa ujian kita diajar untuk mengucapkan kalimah istirja’ – innalillah wa inna ilaihi rajiun. Firman Allah:
“yaitu itu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-nyalah kami kembali.” Al baqarah 156.
Mengapa kita diperintahkan mengucapkan kalimah istirja’? Kalimah ini sebenarnya mengingatkan kita agar kembali merasakan rasa kehambaan. Bahawa kita adalah hamba milik Allah dan kepada-Nya kita akan dikembalikan. Kita layak atau patut dan mesti diuji karena kita hamba, bukan tuan apalagi Tuhan dalam hidup ini.

>Meraskan Allah Tuhan Kita.

Rasa kehambaan yang serba lemah, miskin, kurang dan jahil itu mesti diimbangi oleh rasa bertuhan. Bila kita rasa lemah timbul ketergantungan kepada yang Maha kuat. Bila rasa kita kurang, maka rasa pengharapanpun akan kurang kepada yang Maha sempurna. Bila miskin, timbul rasa hendak meminta kepada yang Maha kaya. Rasa pengharapan, pengaduan dan permintaan hasil menghayati sifat-sifat Allah yang Maha sempurna itulah yang dikatakan merasakan Allah tuhan kita.
Jika rasa kehambaan menyebabkan kita takut, hina, lemah sebaliknya rasa bertuhan akan menimbulkan rasa berani, mulia dan kuat. Seorang hamba yang paling kuat di kalangan manusia ialah dia yang merasa lemah di sisi Allah. Ketika itu ujian walau bagaimana berat sekalipun akan mampu dihadapi kerana merasakan Allah akan membantunya. Inilah rasa yang dialami oleh Rasulullah SAW yang menenteramkan kebimbangan Sayidina Abu Bakar ketika bersembunyi di gua Tsur dengan katanya,“La tahzan innallaha maana – jangan takut, sesungguhnya Allah bersama kita!” QS attaubah ayat 40.’
Rasa bertuhan inilah yang menyebabkan para nabi dan Rasul, mujaddid dan mujtahid, para mujahid dan murabbi sanggup berhadapan kekuatan mayoritas masyarakat yang menentang mereka maupun kezaliman pemerintah yang mempunyai kuasa. Tidak ada istilah kecewa dan putus asa dalam kamus hidup mereka. Doa adalah senjata mereka manakala sholat dan sabar menjadi wasilah mendapat pertolongan Allah. Firman Allah:
“Dan jadikanlah shalat dan sabar sebagai penolongmu, dan hal itu sangat berat kecuali bagi orang yang khusyu QS Albaqaroh ayat 153.
Dalam keadaan apapun baiK positif maupun negatif, miskin ataupun kaya, berkuasa ataupun rakyat biasa, tidak dikenali ataupun populer, hati mereka tetap tenang. Firman Allah:
“Dialah Tuhan yang menurunkan ketenangan ke dalam hati orang yang beriman, supaya keimanan mereka makin bertambah daripada keimanan yang telah ada. Kepunyaan Allah tentang langit dan bumi, dan Allah itu Maha Tahu dan Bijaksana. QS Surat Al Fath ayat 4.
Bila hati tenang terpancarlah cahaya atau amat menarik keadaannya yang dijelaskan oleh Rasulullah SAW melalui sabdanya:
Maksudnya: Amat menarik hati keadaan orang yang beriman, semua pekerjaannya baik , dan itu ada hanya pada orang beriman: Jika memperoleh kesenangan, dia bersyukur. Dan itu memberikannya kebaikan (pahala). Jika ditimpa bahaya (kesusahan) Dia harus bersabar.


Mana mungkin kita dapat mengelakkan diri daripada ujian karena itu adalah takdir Allah SWT. Yang mampu kita lakukan hanyalah meningkatkan tahap ketergantungan kita kepada Allah di samping berusaha dengan upaya kita untuk menyelesaikan masalah itu. Ungkapan yang terkenal: We can’t direct the wind but we can adjust our sail – kita tidak mampu mengawal arah tiupan angin, kita hanya mampu mengendalikan kemudi pelayaran kita.
Kemudi dalam pelayaran kehidupan kita hati. Hati yang bersifat bolak-balik (terutama bila diuji) hanya akan tenang bila kita beriman kepada Allah – yakin kepada kasih-sayang, kemampunan dan sifat pemurah-Nya. apapun takdir yang ditimpakan-Nya kepada kita adalah pasti Allah bermaksud baik sekalipun kelihatan negatif. Baik dan buruk hanya pada pandangan kita yang terbatas, namun pada pandangan-Nya yang Maha luas, semua yang ditakdirkan ke atas hamba-Nya pasti bermaksud baik.
Tidak salah untuk kita menyelesaikan masalah yang menimpa (bahkan kita dituntut untuk berbuat demikian), namun jika masalah itu tidak juga dapat diselesaikan, bersangka baik kepada Allah berdasarkan firman-Nya:
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal itu baik disisi Allah dan bleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu buruk di mata Allah, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui” Surah Al Baqarah : 216
Seorang ahli hikmah, Ibn Atoillah menjelaskan hakikat ini “ katanya “barang siapa yang menyangka sifat kasih sayang Allah terpisah dalam takdir-Nya, maka itu adalah karena pendeknya penglihatan akal dan mata hati seseorang.”
Setiap manusia tentu menginginkan kekayaan, malah kita dituntut mencari harta. Namun jika setelah berusaha dengan sekuat tenaga, masih miskin juga, bersangka baiklah dengan Tuhan… mungkin itu caranya untuk kita mendapat pahala sabar. Begitu juga kalau kita ditakdirkan tidak berilmu, maka berusahalah untuk belajar, kerana itulah maksud Allah mentakdirkan begitu.
Kalau kita berkuasa, Allah menginginkan kita melaksanakan keadilan. Sebaliknya, kalau kita diperintah (oleh pemimpin yang baik), itulah jalan untuk kita memberi ketaatan begitu pula Rupa yang cantik kita gunakan ke arah kebaikan. Semoga kita selamat daripada fitnah dan godaan. apapun juga takdir Allah, mudah-mudahan hati kita dipimpin untuk memahami apa maksud Allah memberikan semua ini baik yang kita sukai atau yang tidak kita sukai.
Jadi, kita tidak akan murung, stres dan tertekan dengan ujian hidup. Hayatilah kata-apa yang ditulis oleh Ibnu Atoillah ini "Untuk meringankan kepedihan bala yang menimpa, hendaklah kita sadar bahawa Allah-lah yang menurunkan bala itu. Dan yakinlah bahawa keputusan (takdir) Allah itu akan memberikan yang terbaik.”
Renungkan hidup kita dengan sebaik-baiknya, takdir Tuhan senantiasa terjadi pada setiap insan. Jangan mengambil alih “kerja Tuhan” yakni coba menentukan arah angin dalam kehidupan ini tetapi buatlah kerja kita, yakni mengawal pelayaran hidup kita dengan meningkatkan iman dan amal dari waktu ke waktu.


Hikmah adalah sesuatu yang tersirat di sebalik yang tersurat. Hikmah dikaruniakan sebagai hadiah paling besar dengan satu ujian. Hikmah hanya dapat ditempa oleh didikan langsung daripada Allah melalui ujian-ujian-Nya. Rasulullah s.a.w. bersabda, “perumpamaan orang yang beriman apabila ditimpa ujian, bagai besi yang dimasukkan ke dalam api, lalu hilanglah karatnya (tahi besi) dan tinggallah yang baik saja!
Jika tidak diuji, bagaimana hamba yang taat itu hendak mendapat pahala sabar, syukur, pemaaf, qanaah daripada Tuhan? Maka dengan ujian bentuk inilah di kalangan para rasul ditingkatkan kepada darjat Ulul Azmi – yakni mereka yang paling gigih, sabar dan berani menanggung ujian. Ringkas¬nya, hikmah adalah kurnia termahal dibalik ujian buat golongan para nabi, siddiqin, syuhada dan solihin ialah mereka yang sentiasa diuji.
Firman Allah: Apakah kamu mengira akan masuk ke dalam syurga sedangkan kepada kamu belum datang penderitaan sebagai¬mana yang diderita oleh orang-orang terdahulu sebelum kamu, yaitu mereka ditimpa kesengsaraan, kemelaratan dan kegoncangan, sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkat: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?”(Surah al-Baqarah: 214)
singkat kata, bagi orang beriman, ujian bukanlah sesuatu yang negatif karena Allah senantiasa mempunyai maksud-maksud yang baik di balik ujian yang menimpa kita. Malah dalam keadaan berdosa sekalipun, ujian didatangkan-Nya agar manusia memohon ampunan kepadaNya. Manakala dalam keadaan taat, ujian didatangkan untuk meningkatkan darajat seseorang.Justeru, telah sering para muqarrabin (orang yang dekat dengan Allah) tentang hikmah ujian dengan berkata: “Allah melapangkan bagimu supaya engkau tidak selalu dalam kesempitan dan Allah menyempitkan bagimu supaya engkau tidak hanyut dalam kelapangan, dan Allah melepaskan engkau dari keduanya, supaya engkau tidak bergantung kepada sesuatu selain Allah.
Apabila keempat perkara ini dapat kita miliki maka hati akan senantiasa riang, gembira dan tenang dengan setiap pekerjaan yang dilakukan. Sentiasa melakukan kerja amal, tolong menolong, bergotong royong, sentiasa berkata benar, sopan dan hidup dengan berkasih sayang antara satu dengan yang lain.
Marilah kita bersihkan hati kita dari segala kotorannya dengan memperbanyak dzikrullah. Itulah satu-satunya jalan untuk mencari kebahagiaan di dunia dan di akhirat nanti. Manusia memerlukan zikir umpama ikan yang membutuhkan air. Tanpa dzikir, hati akan mati. Apakah kita salah mencari kekayaan, ilmu, nama yang baik, pangkat yang tinggi, tidak tetapi hendaklah dzikrullah mestilah di kedepankan dan menjadi asas dalam hidup ini.
Insya-Allah, dengan dzikrullah hati kita akan lapang sekalipun duduk di dalam gubuk yang sempit apalagi kalau tinggal di istana yang luas. Inilah bukti keadilan Allah karena meletakkan kebahagiaan pada dzikrullah – sesuatu yang dapat dicapai oleh semua manusia apakah itu miskin atau kaya, berkuasa atau rakyat jelata,parasnya jelita ataupun tidak. Dengan itu semua orang layak untuk bahagia asalkan tahu mengerti dan mau melalui jalan yang benar dan mau mencarinya.Kita tahu yang di cari oleh setiap individu adalah kebahagiaan yang untuk mendapatkannya masih mencari di luar dirinya padahal kebahagiaan ada di dalam hati atau dirinya sendiri yaitu dengan dzikrullah!

Minggu, 25 Juli 2010

HIBAH

Hibah diatur oleh Pasal 1666 KUHPerdata, dan merupakan tindakan persetujuan dari si pemberi hibah pada waktu hidupnya, dengan cuma-cuma dan tidak dapat ditarik kembali untuk menyerahkan sesuatu benda guna keperluan si penerima hibah. Undang-undang tidak mengakui hibah yang terjadi diantara orang-orang yang masih hidup. Akta hibah berdasarkan Pasal 1682 harus dibuat di muka Notaris
Hibah diatur dalam KUHPerdata Bab X Buku III tentang Perikatan
Bagian 1. Ketentuan ketentuan Umum.
Pasal 1666.
Penghibahan adalah suatu persetujuan, dengan mana seorang penghibah menyerahkan suatu barang secara cuma-cuma, tanpa dapat menariknya kembali, untuk kepentingan seseorang yang menerima penyerahan barang itu.
Undang-undang hanya mengakui penghibahan-penghibahan antara orangorang yang masih hidup. (KUHPerd. 170, 172 dst., 179, 913, 1314, 1675, 1683, 1688.)
Pasal 1667
Penghibahan hanya boleh dilakukan terhadap barang-barang yang sudah ada pada saat penghibahan itu terjadi. Jika hibah itu mencakup barangbarang yang belum ada, maka penghibahan batal sekedar mengenai barang-barang yang belum ada. (KUHPerd. 169, 178, 966 dst., 1157, 1471.)
Pasal 1668.
Penghibah tidak boleh menjanjikan bahwa ia tetap berkuasa untuk menggunakan hak miliknya atas barang yang dihibahkan itu; penghibahan demikian, sekedar mengenai barang itu, dipandang sebagai tidak sah. (KUHPerd. 171, 1256, 1666, 1671.)
Pasal 1669.
Penghibah boleh memperjanjikan, bahwa ia tetap berhak menikmati atau memungut hasil barang bergerak atau barang tak bergerak yang dihibahkan, atau menggunakan hak itu untuk keperluan orang lain; dalam hal demikian, harus diperhatikan ketentuan-ketentuan Bab X Buku Kedua kitab undangundang ini. (KUHPerd. 124, 756 dst., 785, 883, 922.)
Pasal 1670.
Suatu penghibahan adalah batal, jika dilakukan dengan membuat syarat bahwa penerima hibah akan melunasi utang atau beban-beban lain di samping apa yang dinyatakan dalam akta hibah itu sendiri atau dalam daftar yang dilampirkan. (KUHPerd. 1256, 1688-lo.)
Pasal 1671.
Penghibah boleh memperjanjikan bahwa ia akan tetap menguasai penggunaan sejumlah uang yang ada di antara barang yang dihibahkan.
Jika ia meninggal dunia sebelum menggunakan uang itu, maka barang dan uang itu tetap menjadi milik penerima hibah. (KUHPerd. 1668.)
Pasal 1672
Penghibah boleh memberi syarat, bahwa barang yang dihibahkannya itu akan kembali kepadanya bila orang yang diberi hibah atau abli warisnya meninggal dunia lebih dahulu dan penghibah, tetapi syarat demikian hanya boleh untuk kepentingan penghibah sendiri. (KUHPerd. 174, 178, 879, 1675.)
Pasal 1673.
Akibat dari hak mendapatkan kembali barang-barang yang dihibahkan ialah bahwa pemindahan barang barang itu ke tangan orang lain, sekiranya telah terjadi, harus dibatalkan, dan pengembalian barang-barang itu kepada penghibah harus bebas dari semua beban dan hipotek yang mungkin diletakkan pada barang itu sewaktu ada di tangan orang yang diberi hibah. (KUHPerd. 948, 1093, 1169, 1209.)
Pasal 1674.
Penghibah tidak wajib menjamin orang bebas dari gugatan pengadilan bila kemudian barang yang dihibahkan itu menjadi milik orang lain berdasarkan keputusan pengadilan. (KUHPerd. 1491 dst.)
Pasal 1675.
Ketentuan-ketentuan pasal 879, 880, 881, 882, 884, 894 dan akhimya juga Bagian 7 dan 8 dari Bab XIII Buku Kedua Kitab Undang-undang Hukum Perdata ini berlaku pula terhadap hibah. (KUHPerd. 1679.)
Bagian 2. Kemampuan Untuk Memberikan dan Menerima Hibah.
Pasal 1676.
Semua orang boleh memberikan dan menerima hibah, kecuali mereka yang oleh undang-undang dinyatakan tidak mampu untuk itu. (KUHPerd. 108, 124, 896, 1320, 1330, 1677 dst.)
Pasal 1677.
Anak-anak di bawah umur tidak boleh menghibahkan sesuatu, kecuali dalam hal yang ditetapkan pada Bab VIl Buku Pertama Kitab Undang-undang Hukum Perdata ini. (KUHPerd. 139, 151, 897, 904 dst., 1330-10, 1676, 1681.)
Pasal 1678.
Penghibahan antara suami-istri, selama perkawinan mereka masih berlangsung, dilarang.
Tetapi ketentuan ini tidak berlaku terhadap hadiah atau pemberian berupa barang bergerak yang berwujud, yang harganya tidak mahal kalau dibandingkan dengan besamya kekayaan penghibah. (KUHPerd. 119, 149, 168 dst., 1467, 1601, 1687.)
(1) Berlaku juga bagi golongan Tionghoa, tetapi tidak bagi golongan Timur Asing lainnya. (Bagi golongan terakhir ini berlaku S. 1924-556 pasal 2 alinea keenam dan ketujuh.)
Pasal 1679.
Supaya dapat dikatakan sah untuk menikmati barang yang dihibahkan, orang yang diberi hibah harus sudah ada di dunia atau, dengan memperhatikan aturan dalam pasal 2, sudah ada dalam kandurgan ibunya pada saat penghibahan dilakukan. (KUHPerd. 174, 178, 836, 899, 1675.)
Pasal 1680.
(s.d.u. dg. S. 1937-572.) Hibah-hibah kepada lembaga umum atau lembaga keagamaan tidak berakibat hukum, kecuali jika Presiden atau pembesar yang ditunjuknya telah memberikan kuasa kepada para pengurus lembaga-lembaga tersebut untuk menerimanya. (KUHPerd. 900, 1653 dst.)
Pasal 1681.
(s.d.u. dg. S. 1872-11.) Ketentuan-ketentuan ayat (2) dan terakhir pada pasal 904, begitu pula pasal 906, 907, 908, 909 dan 91 1, berlaku terhadap penghibahan. (KUHPerd. 973 dst., 1679.)
Bagian 3. Cara Menghibahkan Sesuatu.
Pasal 1682.
Tiada suatu penghibahan pun, kecuali penghibahan termaksud dalam pasal 1687, dapat dilakukan tanpa akta notaris, yang minut (naskah aslinya) harus disimpan pada notaris, dan bila tidak dilakukan demikian, maka penghibahan itu tidak sah. (KUHPerd. 1893 dst.; Not. 39.)
Pasal 1683.
Tiada suatu penghibahan pun mengikat penghibah atau mengakibatkan sesuatu sebelum penghibahan diterima dengan kata-kata tegas oleh orang yang diberi hibah atau oleh wakunya yang telah diberi kuasa olehnya untuk menerima hibah yang telah atau akan dihibahkan itu.
Jika penerimaan itu tidak dilakukan dengan akta hibah itu, maka penerimaan itu dapat dilakukan dengan suatu akta otentik kemudian, yang naskah aslinya harus disimpan oleh notaris, asal saja hal itu terjadi waktu penghibah masih hidup; dalam hal demikian, bagi penghibah, hibah tersebut hanya sah sejak penerimaan hibah itu diberitahukan dengan resmi kepadanya. (KUHPerd. 170, 177, 1666, 1796; Not. 30 dst., 35.)
Pasal 1684.
Hibah yang diberikan kepada seorang wanita yang masih bersuami tidak dapat diterima selain menurut ketentuan-ketentuan Bab V Buku Pertama Kitab Undang-undang Hukum Perdata ini. (KUHPerd. 108, 167, 1330-30, 1678.)
Pasal 1685.
(s.d. u. dg. S. 1927-31 jis. 390, 421.) Hibah kepada anak-anak di bawah umur yang masih di bawah kekuasaan orang tua, harus diterima oleh orang yang menjalankan kekuasaan orang tua itu.
Hibah kepada anak-anak di bawah umur yang masih di bawah perwalian atau kepada orang yang ada di bawah pengampuan, harus diterima oleh wali atau pengampunya yang telah diberi kuasa oleh pengadilan negeri.
Jika pengadilan itu memberi kuasa termaksud, maka hibah itu tetap sah, meskipun penghibab telah meninggal dunia sebelum terjadi pmaberian kuasa itu. (KUHPerd. 300, 307, 330 dst., 370, 385, 402, 452, 1330, 1448.)
Pasal 1686.
Hak milik atas barang-barang yang dihibahkan, meskipun diterima dengan sah, tidak beralih kepada orang yang diberi hibah, sebelum diserahkan dengan cara penyerahan menurut pasal 612, 613, 616 dst. (Ov. 26; KUHPerd. 1459, 1475, 1666)
Pasal 1687.
Hadiah dari tangan ke tangan berupa barang bergerak yang berwujud atau surat piutang yang akan dibayar atas tunjuk, tidak memerlukan akta notaris dan adalah sah, bila hadiah demikian diserahkan begitu saja kepada orang yang diberi hibah sendiri atau kepada orang lain yang menerima hadiah itu untuk diteruskan kepada yang diberi hibah. (KUHPerd. 613, 1354 dst., 1682, 1792.)
Bagian 4. Pencabutan dan Pembatalan Hibah.
Pasal 1688.
Suatu penghibahan tidak dapat dicabut dan karena itu tidak dapat pula dibatalkan, kecuali dalam hal,-hal berikut: (KUHPerd. 172, 179, 920, 924, 1666, 1692; F. 43 dst.)
10. jika syarat-syarat penghibahan itu tidak dipenuhi oleh pencrima hibah; (KUHPerd. 1317, 1689.)
20. jika orang yang diberi hibah bersalah dengan melakukan atau ikut melakukan suatu usaha pembunuhan atau suatu kejahatan lain atas diri penghibah; (KUHPerd. 1690.)
30. jika penghibah jatuh miskin, sedang yang diberi hibah menolak untuk memberi nafkah kepadanya. (KUHPerd. 324, 1690.)
Pasal 1689.
Dalam hal yang pertama, barang yang dihibahkan tetap tinggal pada penghibah; atau, ia boleh meminta kembali barang itu, bebas dari semua beban dan hipotek yang mungkin diletakkan atas barang itu oleh penerima hibah, serta hasil dan buah yang telah dirdkmati oleh penerima hibah sejak ia alpa dalam memenuhi syarat-syarat penghibahan itu.
Dalam hal demikian, penghibah boleh menjalankan hak-haknya terhadap pihak ketiga yang memegang barang tak bergerak yang telah dihibahkan, sebagaimana terhadap penerima hibah sendiri. (KUHPerd. 928, 1093, 1209, 1236, 1673, 1797.)
Pasal 1690.
Dalam kedua hal terakhir yang disebut pada pasal 1688, barang yang telah dihibahkan tidak boleh diganggu gugat jika barang itu hendak atau telah dipindahtangankan, dihipotekkan atau dibebani dengan hak kebendaan lain oleh penerima hibah, kecuali kalau gugatan untuk membatalkan penghibahan itu sudah diajukan kepada dan didaftarkan di pengadilan dan dimasukkan dalam penghibahan tersebutt dalam pasal 616. Semua pemindahtanganan, pengwpotekan atau Pembebanan lain yang dilakukan oleh penerima hibah sesudah pendaftaran tersebut adalah batal, bila gugatan itu kemudian dimenangkan. (Ov. 26; KUHPerd. 1454.)
Pasal 1691.
Dalam hal tersebut pada pasal 1690, peneriina hibah wajib mengembaukan apa yang dihibahkan itu bersama dengan buah dan hasilnya, terhitung sejak hari gugatan diajukan kepada pengadilan; sekiranya barang itu telah dipindahtangankan, maka wajiblah dikembalikan harganya pada saat gugatan diajukan, bersama buah dan hasil sejak saat itu.
Selain itu, ia wajib membayar ganti rugi kepada penghibah atas hipotek dan beban lain yang telah diletakkan olehnya di atas barang tak bergerak yang dihibahkan itu, termasuk yang diletakkan sebelum gugatan diajukan. (KUHPerd. 1236, 1391 dst., 1444.)
Pasal 1692.
Gugatan yang disebut dalam pasal 1691, gugur setelah lewat satu tahun, terhitung dari hari peristiwa yang menjadi alasan gugatan itu terjadi dan dapat diketahui oleh penghibah.
Gugatan itu tidak dapat diajukan oleh penghibah terhadap ahli waris orang yang diberi hibah itu; demikian juga, ahli waris si penghibah tidak dapat mengajukan gugatan terhadap orang yang mendapat hibah, kecuali kalau gugatan itu telah mulai diajukan oleh penghibah atau penghibah ini meninggal dunia dalam tenggang waktu satu tahun sejak terjadinya peristiwa yang dituduhkan itu. (KUHPerd. 1688-20 dan 30.)
Pasal 1693.
Ketentuan-ketentuan bab ini tidak mengurangi apa yang sudah ditetapkan pada Bab VII dari Buku Pertama dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ini. (KUHPerd. 139 dst., 168 dst., 176 dst.)