Bila Sang Waktu Telah Pergi Semua Akan Kembali Hanya Amal Yang Akan Menemani

Titian Qolbu

Rabu, 28 Juli 2010

Mencari Ketenangan
Ketenangan itu dicapai melalui dzikrullah. Namun dzikrullah yang bagaimana dapat memberi kesan kepada hati? banyak orang yang berzikir tetapi tidak tenang. orang berkata, “ketika saya dihimpit hutang, jatuh sakit, dicerca dan difitnah, sayapun berdzikir. Saya ucapkan Subhanallah, Alhamdulillah, Allah hu Akbar beratus-ratus malah beribu-ribu kali tetapi mengapa hati tidak tenang juga?”
dZikrullah hakikatnya bukan sekadar menyebut atau mengucapkan kalimah. bedanya antara berdzikir dengan “membaca” kalimah dzikir. dZikir yang berkesan melibatkan tiga dimensi, dimensi ucapan (qauli), hati (qalbi) dan perbuatan (fikli).ketiga dimensi dzikir ini diaplikasikan.
Ketika lidah kita mengucapkan subhanallah – artinya Maha Suci Allah. Itu dzikir qauli. Namun, pada masa yang sama hati/fikiran hendaklah merasakan Allah itu Maha Suci pada dzat, sifat dan af’al (perbuatannya). Segala ilmu yang kita miliki tentang kesucian Allah hendaklah dirasakan bukan hanya diketahui. Allah itu misalnya, suci daripada sifat-sifat kotor seperti dendam, khianat, prasangka dan sebagainya.
Satukan kata, rasa dan tindakan Dengan Dzikrullah
Jika seorang hamba yang berdosa mau bertaubat kepada-Nya, Allah bukan hanya mengampuni dosa kita,menghapuskan catatan dosa kita, bahkan menyayangi dengan memberi “ganjaran” kepada yang mau bertaubat. Firman Allah:
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Allah akan menghapuskan kesalahan-kesalahan kamu dan memasukkan kamu ke dalam syurga-syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai…”At Tahrim ayat 8.
Firman Allah lagi:“ Sungguh, Allah menyukai orang yang taubat dan menyukai orang yang menyucikan diri” al baqarah 222.

“Mohon ampunlah kamu kepada Tuhanmu dan Bertaubatlah kepadanya niscaya Tuhanmu akan memberikan kepadamu kenikmatan yang baik secara terus menerus sampai kepada waktu yang telah di tentukan dan akan memberikan keutamaan-keutamaan dan barang siapa yang berpaling aku takut kamu akan di timpa siksaan yang besar pada hari kiamat” QS. Hud ayat 3.”
Itulah sifat Allah kepada Hambanya..Sifat ini berbeda sekali dengan kita manusia yang terkadang begitu sukar memaafkan kesalahan orang lain. Dan segelintir yang mampu memaafkan pula begitu sukar melupakan – forgive yes, forget not! Hendak memberi hadiah kepada orang yang bersalah malah mencaci, memfitnah dan menghina kita? jauh panggang daripada api! Begitulah kotornya hati kita yang senantiasa diselubungi dendam, prasangka dan sukar memaafkan. Tidak seperti Allah yang begitu suci, lunak dan pemaaf. Jadi, apabila kita bertasbih,rasa inilah yang harus diresapkan ke dalam hati. Ini dzikir Hati (qalbi) namanya.
Tidak cukup di tahap itu, Dzikrullah perlu ditingkatkan lagi ke dimensi ketiga. Hendaklah orang yang bertasbih itu memastikan perilakunya benar-benar menyucikan
Allah. Artinya, dia melakukan perkara yang sejalan dengan apa yang di perintahkan Allah yang Maha Suci maka manusiapun harus meninggalkan apa yang dilarang-Nya.juga menjalankan Yang halal, wajib, dan sunat. Manakala yang haram dan makruh ditinggalkannya. Zina, mengumpat, mencuri, memfitnah dan lain-lain dosa yang keji dan kotor dijauhi. Bila ini dapat dilakukan kita telah tiba di dimensi ketiga dzikrullah – dzikir fikli! Karena itu semua perbuatan yang Haram..
Kalaulah ketiga dimensi dzikrullah itu dapat dilakukan sangat mendalam kepada hati. Sekurang-kurangnya hati akan dapat merasakan empat hal, diantaranya:

Memiliki Rasa kehambaan.

Rasa kehambaan ialah rasa yang perlu ada di dalam hati seorang hamba Allah terhadap Tuhan-Nya. Antara rasa itu ialah rasa miskin, jahil, lemah, bersalah, hina dan lain-lain. Bila diuji dengan kesakitan, kemiskinan, cercaan misalnya, seseorang yang memiliki rasa kehambaan nampak segala-galanya itu datang daripada Allah. Firman Allah:
“Katakanlah (Muhammad), tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah bertawakal orang-orang yang beriman.” At Taubah: 51
Seorang hamba akan pasrah dan merasakan bahawa dia wajar diuji. Bukankah dia seorang hamba? Dia akur dengan apa yang berlaku dan tidak mempersoalkan mengapa aku yang diuji? Kenapa aku, bukan orang lain?seakan-akan manusia mempersoalkan Allah yang mendatangkan ujian itu. Menerima hakikat bahawa kita layak diuji akan menyebabkan hati menjadi tenang. Jika kita “memberontak” hati akan bertambah kacau.inilah hakekat Islam; Firman ALLAH “ Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepadnya(Ibrahim) tunduk patuhlah kamu Ibrohim! Ibrahim menjawab, Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta Alam” QS. Al Baqoroh ayat 131.”
Imam Ghazali rohimakullah pernah menyatakan bahawa cukuplah seseorang hamba dikatakan sudah “memberontak” kepada Tuhannya apabila dia menukar kebiasaan-kebiasaan dalam hidupnya apabila diuji Allah dengan sesuatu yang tidak disukainya. Misalnya, dia tidak mau makan-minum secara teratur, tidak mandi, tidak menyisir rambut, tidak berpakaian rapi, tidak merapihkan janggut dan lain-lain yang menjadi rutin hidupnya. Ungkapan mandi tak basah, tidur tak lelap, makan tak kenyang adalah satu “demonstrasi” seorang yang sudah tercabut rasa kehambaannya apabila diuji.
Bila ditimpa ujian kita diajar untuk mengucapkan kalimah istirja’ – innalillah wa inna ilaihi rajiun. Firman Allah:
“yaitu itu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-nyalah kami kembali.” Al baqarah 156.
Mengapa kita diperintahkan mengucapkan kalimah istirja’? Kalimah ini sebenarnya mengingatkan kita agar kembali merasakan rasa kehambaan. Bahawa kita adalah hamba milik Allah dan kepada-Nya kita akan dikembalikan. Kita layak atau patut dan mesti diuji karena kita hamba, bukan tuan apalagi Tuhan dalam hidup ini.

>Meraskan Allah Tuhan Kita.

Rasa kehambaan yang serba lemah, miskin, kurang dan jahil itu mesti diimbangi oleh rasa bertuhan. Bila kita rasa lemah timbul ketergantungan kepada yang Maha kuat. Bila rasa kita kurang, maka rasa pengharapanpun akan kurang kepada yang Maha sempurna. Bila miskin, timbul rasa hendak meminta kepada yang Maha kaya. Rasa pengharapan, pengaduan dan permintaan hasil menghayati sifat-sifat Allah yang Maha sempurna itulah yang dikatakan merasakan Allah tuhan kita.
Jika rasa kehambaan menyebabkan kita takut, hina, lemah sebaliknya rasa bertuhan akan menimbulkan rasa berani, mulia dan kuat. Seorang hamba yang paling kuat di kalangan manusia ialah dia yang merasa lemah di sisi Allah. Ketika itu ujian walau bagaimana berat sekalipun akan mampu dihadapi kerana merasakan Allah akan membantunya. Inilah rasa yang dialami oleh Rasulullah SAW yang menenteramkan kebimbangan Sayidina Abu Bakar ketika bersembunyi di gua Tsur dengan katanya,“La tahzan innallaha maana – jangan takut, sesungguhnya Allah bersama kita!” QS attaubah ayat 40.’
Rasa bertuhan inilah yang menyebabkan para nabi dan Rasul, mujaddid dan mujtahid, para mujahid dan murabbi sanggup berhadapan kekuatan mayoritas masyarakat yang menentang mereka maupun kezaliman pemerintah yang mempunyai kuasa. Tidak ada istilah kecewa dan putus asa dalam kamus hidup mereka. Doa adalah senjata mereka manakala sholat dan sabar menjadi wasilah mendapat pertolongan Allah. Firman Allah:
“Dan jadikanlah shalat dan sabar sebagai penolongmu, dan hal itu sangat berat kecuali bagi orang yang khusyu QS Albaqaroh ayat 153.
Dalam keadaan apapun baiK positif maupun negatif, miskin ataupun kaya, berkuasa ataupun rakyat biasa, tidak dikenali ataupun populer, hati mereka tetap tenang. Firman Allah:
“Dialah Tuhan yang menurunkan ketenangan ke dalam hati orang yang beriman, supaya keimanan mereka makin bertambah daripada keimanan yang telah ada. Kepunyaan Allah tentang langit dan bumi, dan Allah itu Maha Tahu dan Bijaksana. QS Surat Al Fath ayat 4.
Bila hati tenang terpancarlah cahaya atau amat menarik keadaannya yang dijelaskan oleh Rasulullah SAW melalui sabdanya:
Maksudnya: Amat menarik hati keadaan orang yang beriman, semua pekerjaannya baik , dan itu ada hanya pada orang beriman: Jika memperoleh kesenangan, dia bersyukur. Dan itu memberikannya kebaikan (pahala). Jika ditimpa bahaya (kesusahan) Dia harus bersabar.


Mana mungkin kita dapat mengelakkan diri daripada ujian karena itu adalah takdir Allah SWT. Yang mampu kita lakukan hanyalah meningkatkan tahap ketergantungan kita kepada Allah di samping berusaha dengan upaya kita untuk menyelesaikan masalah itu. Ungkapan yang terkenal: We can’t direct the wind but we can adjust our sail – kita tidak mampu mengawal arah tiupan angin, kita hanya mampu mengendalikan kemudi pelayaran kita.
Kemudi dalam pelayaran kehidupan kita hati. Hati yang bersifat bolak-balik (terutama bila diuji) hanya akan tenang bila kita beriman kepada Allah – yakin kepada kasih-sayang, kemampunan dan sifat pemurah-Nya. apapun takdir yang ditimpakan-Nya kepada kita adalah pasti Allah bermaksud baik sekalipun kelihatan negatif. Baik dan buruk hanya pada pandangan kita yang terbatas, namun pada pandangan-Nya yang Maha luas, semua yang ditakdirkan ke atas hamba-Nya pasti bermaksud baik.
Tidak salah untuk kita menyelesaikan masalah yang menimpa (bahkan kita dituntut untuk berbuat demikian), namun jika masalah itu tidak juga dapat diselesaikan, bersangka baik kepada Allah berdasarkan firman-Nya:
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal itu baik disisi Allah dan bleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu buruk di mata Allah, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui” Surah Al Baqarah : 216
Seorang ahli hikmah, Ibn Atoillah menjelaskan hakikat ini “ katanya “barang siapa yang menyangka sifat kasih sayang Allah terpisah dalam takdir-Nya, maka itu adalah karena pendeknya penglihatan akal dan mata hati seseorang.”
Setiap manusia tentu menginginkan kekayaan, malah kita dituntut mencari harta. Namun jika setelah berusaha dengan sekuat tenaga, masih miskin juga, bersangka baiklah dengan Tuhan… mungkin itu caranya untuk kita mendapat pahala sabar. Begitu juga kalau kita ditakdirkan tidak berilmu, maka berusahalah untuk belajar, kerana itulah maksud Allah mentakdirkan begitu.
Kalau kita berkuasa, Allah menginginkan kita melaksanakan keadilan. Sebaliknya, kalau kita diperintah (oleh pemimpin yang baik), itulah jalan untuk kita memberi ketaatan begitu pula Rupa yang cantik kita gunakan ke arah kebaikan. Semoga kita selamat daripada fitnah dan godaan. apapun juga takdir Allah, mudah-mudahan hati kita dipimpin untuk memahami apa maksud Allah memberikan semua ini baik yang kita sukai atau yang tidak kita sukai.
Jadi, kita tidak akan murung, stres dan tertekan dengan ujian hidup. Hayatilah kata-apa yang ditulis oleh Ibnu Atoillah ini "Untuk meringankan kepedihan bala yang menimpa, hendaklah kita sadar bahawa Allah-lah yang menurunkan bala itu. Dan yakinlah bahawa keputusan (takdir) Allah itu akan memberikan yang terbaik.”
Renungkan hidup kita dengan sebaik-baiknya, takdir Tuhan senantiasa terjadi pada setiap insan. Jangan mengambil alih “kerja Tuhan” yakni coba menentukan arah angin dalam kehidupan ini tetapi buatlah kerja kita, yakni mengawal pelayaran hidup kita dengan meningkatkan iman dan amal dari waktu ke waktu.


Hikmah adalah sesuatu yang tersirat di sebalik yang tersurat. Hikmah dikaruniakan sebagai hadiah paling besar dengan satu ujian. Hikmah hanya dapat ditempa oleh didikan langsung daripada Allah melalui ujian-ujian-Nya. Rasulullah s.a.w. bersabda, “perumpamaan orang yang beriman apabila ditimpa ujian, bagai besi yang dimasukkan ke dalam api, lalu hilanglah karatnya (tahi besi) dan tinggallah yang baik saja!
Jika tidak diuji, bagaimana hamba yang taat itu hendak mendapat pahala sabar, syukur, pemaaf, qanaah daripada Tuhan? Maka dengan ujian bentuk inilah di kalangan para rasul ditingkatkan kepada darjat Ulul Azmi – yakni mereka yang paling gigih, sabar dan berani menanggung ujian. Ringkas¬nya, hikmah adalah kurnia termahal dibalik ujian buat golongan para nabi, siddiqin, syuhada dan solihin ialah mereka yang sentiasa diuji.
Firman Allah: Apakah kamu mengira akan masuk ke dalam syurga sedangkan kepada kamu belum datang penderitaan sebagai¬mana yang diderita oleh orang-orang terdahulu sebelum kamu, yaitu mereka ditimpa kesengsaraan, kemelaratan dan kegoncangan, sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkat: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?”(Surah al-Baqarah: 214)
singkat kata, bagi orang beriman, ujian bukanlah sesuatu yang negatif karena Allah senantiasa mempunyai maksud-maksud yang baik di balik ujian yang menimpa kita. Malah dalam keadaan berdosa sekalipun, ujian didatangkan-Nya agar manusia memohon ampunan kepadaNya. Manakala dalam keadaan taat, ujian didatangkan untuk meningkatkan darajat seseorang.Justeru, telah sering para muqarrabin (orang yang dekat dengan Allah) tentang hikmah ujian dengan berkata: “Allah melapangkan bagimu supaya engkau tidak selalu dalam kesempitan dan Allah menyempitkan bagimu supaya engkau tidak hanyut dalam kelapangan, dan Allah melepaskan engkau dari keduanya, supaya engkau tidak bergantung kepada sesuatu selain Allah.
Apabila keempat perkara ini dapat kita miliki maka hati akan senantiasa riang, gembira dan tenang dengan setiap pekerjaan yang dilakukan. Sentiasa melakukan kerja amal, tolong menolong, bergotong royong, sentiasa berkata benar, sopan dan hidup dengan berkasih sayang antara satu dengan yang lain.
Marilah kita bersihkan hati kita dari segala kotorannya dengan memperbanyak dzikrullah. Itulah satu-satunya jalan untuk mencari kebahagiaan di dunia dan di akhirat nanti. Manusia memerlukan zikir umpama ikan yang membutuhkan air. Tanpa dzikir, hati akan mati. Apakah kita salah mencari kekayaan, ilmu, nama yang baik, pangkat yang tinggi, tidak tetapi hendaklah dzikrullah mestilah di kedepankan dan menjadi asas dalam hidup ini.
Insya-Allah, dengan dzikrullah hati kita akan lapang sekalipun duduk di dalam gubuk yang sempit apalagi kalau tinggal di istana yang luas. Inilah bukti keadilan Allah karena meletakkan kebahagiaan pada dzikrullah – sesuatu yang dapat dicapai oleh semua manusia apakah itu miskin atau kaya, berkuasa atau rakyat jelata,parasnya jelita ataupun tidak. Dengan itu semua orang layak untuk bahagia asalkan tahu mengerti dan mau melalui jalan yang benar dan mau mencarinya.Kita tahu yang di cari oleh setiap individu adalah kebahagiaan yang untuk mendapatkannya masih mencari di luar dirinya padahal kebahagiaan ada di dalam hati atau dirinya sendiri yaitu dengan dzikrullah!

0 komentar:

Posting Komentar