semburan larfa anak gunung krakatau
muntahan larfa panas dan semburan magma keluar dari perut anak gunung krakatau.
wisata pantai hutan wanagama
Wanagama, nama yang berasal dari kata wana = alas atau hutan dan gama akronim dari gajah mada, sebuah kawasan hutan lindung seluas 600 hektar di wilayah kabupaten Gunungkidul.
wisata pantai sundak
Sundak, sebuah pantai di wilayah kabupaten Gunungkidul, tepatnya di desa sidoharjo kecamatan tepus. Berada di jajaran pantai selatan berderet dengan pantai Kukup, Krakal, Drini, Sepanjang dan Pantai Baron.
wisata alam baduy
budaya adalah kekayaan bangsa,salah satu nya yaitu suku baduy. keanekaragaman suku baduy merupakan kekayaan alam warisan dunia
Jumat, 01 Juli 2011
HIDUP DI DUNIA
Di dunia ini hanya hidup sementara, jagalah ibadahmu, kita manfaatkan hidup di dunia sekarang dengan SEBAIK-BAIKNYA.” Hidayah memang di tangan Allah. Namun nasehat haruslah terus disampaikan karena SETIAP Orang pasti menginginkan kebaikan bagi saudaranya sebagaimana dia pun telah mendapatkan kebaikan. Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memberi Nasihat pada seorang pemuda, yaitu Ibnu ‘Umar. Berikut sabdanya,
“Hiduplah engkau di dunia seakan-akan engkau adalah orang asing atau bahkan seorang pengembara.” (HR. Bukhari no. 6416)
Negeri asing dan tempat pengembaraan yang dimaksudkan di sini adalah dunia, sedangkan negeri tujuannya adalah akhirat. Orang asing adalah orang yang tidak memiliki tempat tinggal dan tempat berbaring, namun dia dapat mampir sementara di negeri asing tersebut. Hadits di atas dimisalkan lagi dengan pengembara.
Semoga Kita selalu mendapat taufik-Nya. Seorang pengembara tidaklah mampir untuk istirahat di suatu tempat kecuali hanya sekejap mata. Di kanan kirinya juga akan dijumpai banyak rintangan, akan melewati lembah, akan melewati tempat yang membahayakan, akan melewati teriknya padang pasir dan mungkin akan bertemu dengan banyak perampok. permisalan yang dibuat oleh nabi kepada kita . Hidup di dunia itu hanya sementara sekali, bahkan akan terasa hanya sekejap mata.
Dalam hadits berikut.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Aku tidaklah mencintai dunia dan tidak pula mengharap-harap darinya. Adapun aku tinggal di dunia hanyalah seperti pengendara yang berteduh di bawah pohon dan beristirahat, lalu meninggalkannya.” (HR. Tirmidzi no. 2551. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Shohih wa Dho’if Sunan Abi Daud)
Hidup di dunia sungguh sangat singkat. Semoga kita bisa merenungkan hal ini.
Segera kembalilah ke jalan Allah, ingatlah akhirat di hadapanmu!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Semoga hatimu terenyuh dengan nasehat Ali bin Abi Tholib berikut.
Ali berkata, “(Ketahuilah) dunia itu akan ditinggalkan di belakang. Sedangkan akhirat akan ditemui di depan. Dunia dan akhirat tersebut memiliki bawahan. Jadilah budak akhirat dan janganlah jadi budak dunia. Hari ini (di dunia) adalah hari beramal dan bukanlah hari perhitungan. Sedangkan besok (di akhirat) adalah hari perhitungan dan bukanlah hari beramal lagi.”
Ingatlah akhiratmu. Ingatlah kematian dapat menghampirimu setiap saat dan engkau tidak dapat menghindarinya. Janganlah terlalu panjang angan-angan. Siapkanlah bekalmu dengan amal sholeh di dunia sebagai bekalmu di akhirat nanti. Perbaikilah aqidahmu, jauhilah syirik, jagalah shalatmu janganlah sampai bolong, tutuplah auratmu dengan sempurna janganlah sampai mengumbarnya, dan berbaktilah pada ortumu dengan baik. Semoga Allah memberi taufik pada kita. Semoga kita dapat dikumpulkan bersama para nabi, shidiqin, syuhada, dan sholihin. sesuai dengan do'a kita pada surat Alfatihah ayat ke 6.
Rabu, 29 Juni 2011
IDEOLOGI USANG YANG SEMAKIN DITINGGGALKAN
Sejak keran globalisasi dibuka lebar, invansi budaya dipertukarkan secara kontinyu. Penetrasi budaya di satu sisi adalah katalisator percepatan kebangkitan, namun bila arus pertukaran terlalu cepat, yang terjadi adalah ketidakjelasan identitas (kebangsaan).
Liberalisasi dalam konteks hak penuh atas setiap individu lalu cenderung menciptakan iklim "manusia adalah serigala bagi yang lain". Maksimalisasi kepentingan personal dikedepankan dengan mengorbankan kepentingan orang banyak. maka terjadilah bangsa yang memakan bangsanya sendiri. kita lupa identitas kita adalah gotong royong.
Ketika pancasila dihilangkan dari pendidikan formal, ini merupakan bentuk afirmasi bahwa Pancasila itu ideologi Usang yang tak lagi relevan. Padahal yang terjadi adalah tak adanya kontektualisasi atau reproduksi wacana identitas kebangsaan kita. Rektualisasi secara akademis dan implementasi keteladanan nilai yang dikandung Pancasila adalah kebutuhan mendesak.
PENTINGNYA SILATURAHMI
- Dari Abu Hurairah r.a., Rosulullah s.a.w bersabda, “Ada seorang laki-laki bersilaturahim ke saudaranya yang tinggal di desa lain, maka Allah mengutus seorang Malaikat untuk menemuinya. Tatkala bertemu dengan lelaki tersebut maka malaikat bertanya, “Hendak kemanakah saudara?” Lelaki tersebut menjawab, “Saya ingin bersilaturahim ke saudaraku di desa ini.” Malaikat kembali bertanya, “Apakah kamu menziarahinya karena ada sesuatu kenikmatan yang akan engkau raih?“ Lelaki tersebut menjawab, “Tidak, saya melakukan silaturahim ini semata-mata kecintaan saya terhadapnya karena Allah.” Malaikat kemudian berkata, “Sesungguhnya saya diutus Allah untuk menemui kamu untuk menyampaikan bahwa Allah mencintaimu sebagaimana kamu mencintai saudaramu karena-Nya.” (HR. Muslim). Dalam salah satu perintah-Nya, Allah s.w.t. berfirman QS. An Nisa’ [4]:1, “Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu..” Dan pada ayat lainnya Allah menguatkan, QS. Ar Ra’d [13]:21 “Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk.” Bahkan Rosulullah s.a.w. menandaskan bahwa hanya orang-orang yang beriman kepada Allah swt dan hari akherat yang paling gigih menerapkannya. Dari Abu Hurairah r.a. sesungguhnya Rosulullah s.a.w. bersabda “… barang siapa yang beriman pada Allah dan hari akherat maka lakukanlah silaturahim.” (HR. Bukhari dan Muslim). Dalil di atas merupakan landasan syar’i akan perlunya silaturahim antar anggota masyarakat bahkan perintah yang semestinya kita terapkan. Dan bila kita kembali mengkaji dan mentadaburi pedoman hidup kita (Al Qur`an dan As Sunah), maka Allah dan Rosul-Nya tidak semata memerintahkan umatnya untuk menerapkan perintahnya tanpa memberi tahu keutamaan pelaksanaannya dan ancaman meninggalkan atau memutus hubungan silaturahmi. Keutamaan silaturahmi Diantara keutamaan yang akan diraih oleh orang yang selalu melakukan silahturahmi : 1. Akan diluaskan rizkinya. Rosulullah saw bersabda, ﻣَﻦْﺃَﺣَﺐﱠﺃَﻥْﻳُﺒْﺴَﻂَﻟَﻪُﻓِﻲْﺭِﺯْﻗِﻪِﻭَﻳُﻨْﺴَﺄَﻟَﻪُﻓِﻲْﺃَﺛَﺮِﻩِﻓَﻠْﻴَﺼِﻞْﺭَﺣِﻤَﻪُ
- ( ﺭَﻭَﺍﻩُﭐﻟْﺒُﺨَﺎﺭِﻱﱡﻭَﻣُﺴْﻠِﻢٌﻭَﺃَﺑُﻮْﺩَﺍﻭُﺩَﻋَﻦْﺃَﻧَﺲٍﺭﺽ ) “ Barang siapa yang suka diluaskan rizki dan dipanjangkan umurnya maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi.” (HR. Bukhari, Muslim dan Abu Dawud) 2. Akan diperpanjang umurnya. 3. Akan selalu berhubungan dengan Allah swt. Dari ‘Aisyah ra berkata, Rosulullah saw bersabda, : ﭐﻟﺮﱠﺣِﻢُﻣُﻌَﻠﱠﻘَﺔٌﺑِﺎﻟْﻌَﺮْﺵِﺗَﻘُﻮْﻝُﻣَﻦْﻭَﺻَﻠَﻨِﻲْﻭَﺻَﻠَﻪُﭐﷲُﻭَﻣَﻦْﻗَﻄَﻌَﻨِﻲْﻗَﻄَﻌَﻪُﭐﷲُ ( ﻣُﺘﱠﻔَﻖٌﻋَﻠَﻴْﻪِ ) "Silaturahmi itu tergantung di `Arsy (Singgasana Allah) seraya berkata: "Barangsiapa yang menyambungku maka Allah akan menyambung hubungan dengannya, dan barangsiapa yang memutuskanku maka Allah akan memutuskan hubungan dengannya" (HR. Bukhari dan Muslim) 4. Akan dimasukan kedalam golongan yang beriman kepada Allah dan hari akherat. Dari Abu Hurairah r.a. sesungguhnya Rosulullah s.a.w bersabda, Barang siapa yang beriman pada Allah dan hari akherat maka lakukanlah silaturahmi (HR. Bukhari dan Muslim). Sedangkan ancaman dan akibat yang akan didapat oleh orang yang memutus hubungan silaturahmi sbb : 1. Akan terputus hubungannya dengan Allah swt. Rosulullah saw bersabda, dan barangsiapa yang memutuskanku maka Allah akan memutuskan hubungan dengannya" (HR. Bukhari, dan Muslim).2 Tidak termasuk golongan yang beriman kepada Allah swt dan hari akherat. 3. Akan sempit rizkinya. 4. Akan pendek umurnya. 5. Akan dilaknat oleh Allah dan dimasukan kedalam neraka jahanam. QS. Ar Ra’d [13] :25 “Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam).” QS. Muhammad [47] :“Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?” Mereka itulah orang-orang yang dila’nati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka.” 6. Tidak masuk surga. Dari Abu Muhammad Jubair bin Mut’im ra sesungguhnya Rosulullah saw bersabda, ( ﻣُﺘﱠﻔَﻖٌﻋَﻠَﻴْﻪ ) ﻻَﻳَﺪْﺧُﻞُﭐﻟْﺠَﻨﱠﺔَﻗَﺎﻃِﻊٌ “Tidak akan masuk surga orang yang memutus hubungan silaturahmi.” (HR. Bukhari dan Muslim). Etika silaturahmi Dalam melakukan silaturahmi kitapun harus memperhatikan beberapa etika silaturahmi sehingga membuahkan faidah yang baik bagi kedua belah pihak dan tidak mendzolimi teman yang kita ziarahi. Diantara etika tersebut : 1. Silaturahmi yang dilakukan semata-mata karena Allah swt bukan karena dunia atau tujuan lainnya. Mungkin kisah diatas merupakan gambaran nyata sebagai barometer suri tauladan. 2. Berpakaian yang menutup aurat 3. Membawa hadiah untuk saudara yang akan diziarahi. Rosulullah saw bersabada, Saling berbagi hadiahlah diantara kalian maka kalian akan saling mencintai. 4. Memperhatikan waktu silaturahmi. bila kita ingin bersilaturahmi maka kita harus memperhatian objek yang kita akan diziarahi, karena antar individu berbeda dalam jadwal kerja dan aktivitas. Mungkin di antara mereka ada yang bisa menerima tamu pada waktu asar namun diantara mereka tidak bias menerimanya. 5. Bersikap dan bertutur kata yang sopan, tidak menampilkan sikap acuh atau mencela makanan yang dihidangkan. ماعاب رسول الله صلى الله عليه وسلم طعاما قط إن اشتهاه اكله وإن كره تركه ( الحديت ) Artinya : Rasulullah SAW tidak pernah mencela makanan, jika beliau suka dimakannya, dan jika tidak maka ditinggalkannya. 6. Jika menginap usahakan jangan sampai lebih dari 3 hari, jangan sampai mengganggu atau menyulitkan tuan rumah. Rasulullah SAW bersabda ولا يحل لمسلم إن يقيم عند أخيه حتى يؤ ثمه قالوايارسول الله: وكيف يؤ ثمه؟ قال أن يقيم عنده ولآ شيئ له يقريه به ( رواه مسلم ) Artinya : Tidak halal bagi seorang muslim di rumah saudaranya ( bertamu ) yang menyebabkan dia ( tuan rumah ) berdosa. Sahabat bertanya,”Bagaimana menyebabkan berdosa?”. Nabi menjawab, “Tinggal di rumahnya padahal engkau mengetahui bahwa dia tidak memiliki apa-apa yang dihidangkannya ( H.R Muslim ). الضياﻓَﺔُ ثلاثة أيام ( رواه البﺨَﺎ ري ومسلم ) Artinya : Bertamu itu selama 3 hari. ( H.R Bukhari dan Muslim ) Semoga Silaturahmi Antara Kita Bisa Terus Dilaksanakan......Amin!!!!!!
Selasa, 28 Juni 2011
MEMBACA KALIMAT “LAA ILLAAHA ILLALLAH” dan ISTIGHFAR, PERBANYAKLAH MEMBACA KEDUANYA
Kalimat Laa Ilaaha Illallah termasuk bacaan dzikir yang utama, selaras dengan tuturan Nabi Muhammad SAW yang artinya, “Dzikir yang paling afdhal adalah (membaca) Laa Ilaaha Illallah.”
Ibnu Abid Dun-ya beserta Imam Baihaqi meriwayatkan dari Abu Hurairah ra.: “Malaikat maut menghampiri seorang laki-laki yang telah mati, lalu ia meneliti seluruh anggota tubuhnya, namun ia tidak menemukan amal kebajikan di dalamnya.
“Kemudian ia membelah hatinya, ia juga tidak menemukan amal kebajikan di dalamnya, lalu dibuka mulutnya, ditemukan lidah yang melekat pada bagian atas mulut sedang membaca “Laa Ilaaha Illallah”, maka diampuni segala dosanya karena adanya kalimat yang ikhlash itu.” (HR. Thabrani, Baihaqi, Al-Khatib)
Setidaknya ada lima keutamaan di balik membaca Laa Ilaaha Illallah. Pertama, membaca Laa Ilaaha Illallah berfungsi memperbarui iman seseorang. Rasulullah bersabda, “Perbaruilah iman kalian.” Sahabat bertanya, “Bagaimana cara kami memperbarui iman, wahai Rasulullah?” “Perbanyaklah membaca Laa Ilaaha Illallah.” (HR. ahmad)
Kedua, selamat dari siksa api neraka. Rasululah bersabda, “Allah telah mengharamkan api neraka bagi orang yang membaca Laa Ilaaha Illallah semata-mata mengharap ridha Allah.” (HR. Bukhari-Muslim)
Dalam sebuah Hadits Qudsi, Allah berfirman, “Laa Ilaaha Illallah adalah benteng-Ku, barangsiapa masuk di dalamnya, ia selamat dari siksa-Ku.” (HR. Abu Nua`im)
Ketiga, dibangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan bersinar wajahnya. Rasulullah bersabda, “Tiada seorang hamba membaca Laa Ilaaha Illallah sebanyak 100 kali kecuali Allah bangkitkan dia di hari kiamat, dalam keadaan bersinar wajahnya seperti rembulan di malam bulan purnama.” (HR. Ad-Dailami)
Keempat, membaca Laa Ilaaha Illallah lebih utama dari seisi langit dan bumi. Imam Nasa’i meriwayatkan dari Abu Sa’id Al Khudhryi ra. : Nabi saw bersabda, “Nabi Musa as. berdoa, “Wahai Tuhanku, ajarkanlah kepadaku tentang sesuatu untuk berdzikir kepada-Mu.”
Maka Allah berfirman, “Ucapkanlah Laa Ilaaha Illallah.” Lalu Nabi Musa berdoa lagi, “Wahai Tuhanku, setiap hamba-Mu membaca ini, saya ingin sesuatu yang istimewa untukku.” Maka Allah berfirman lagi, “Wahai Musa, andaikata tujuh petala langit dan penghuninya serta tujuh lapis bumi diletakkan di sebelah timbangan kalimat “Laa Ilaaha Illallah”, niscaya akan lebih berat kalimat “Laa Ilaaha Illallah”, melebihi dari semua itu.”
Kelima, membaca Laa Ilaaha Illallah membuat iblis berputus asa dalam mencelakakan diri orang yang membacanya. Nabi telah bersabda, “Biasakanlah membaca kalimat “Laa Ilaaha Illallah” dan istighfar, perbanyaklah membaca keduanya. Sesungguhnya iblis telah berkata, “Aku telah membinasakan manusia dengan dosa namun mereka membinasakan aku dengan ucapan “Laa Ilaaha Illallah dan istighfar”, ketika dalam keadaan yang seperti itu maka aku binasakan mereka dengan hawa nafsu, dan mereka mengira bahwa dirinya telah mendapat hidayah.” (HR. Abu Ya`la)
Ibnu Abid Dun-ya beserta Imam Baihaqi meriwayatkan dari Abu Hurairah ra.: “Malaikat maut menghampiri seorang laki-laki yang telah mati, lalu ia meneliti seluruh anggota tubuhnya, namun ia tidak menemukan amal kebajikan di dalamnya.
“Kemudian ia membelah hatinya, ia juga tidak menemukan amal kebajikan di dalamnya, lalu dibuka mulutnya, ditemukan lidah yang melekat pada bagian atas mulut sedang membaca “Laa Ilaaha Illallah”, maka diampuni segala dosanya karena adanya kalimat yang ikhlash itu.” (HR. Thabrani, Baihaqi, Al-Khatib)
Setidaknya ada lima keutamaan di balik membaca Laa Ilaaha Illallah. Pertama, membaca Laa Ilaaha Illallah berfungsi memperbarui iman seseorang. Rasulullah bersabda, “Perbaruilah iman kalian.” Sahabat bertanya, “Bagaimana cara kami memperbarui iman, wahai Rasulullah?” “Perbanyaklah membaca Laa Ilaaha Illallah.” (HR. ahmad)
Kedua, selamat dari siksa api neraka. Rasululah bersabda, “Allah telah mengharamkan api neraka bagi orang yang membaca Laa Ilaaha Illallah semata-mata mengharap ridha Allah.” (HR. Bukhari-Muslim)
Dalam sebuah Hadits Qudsi, Allah berfirman, “Laa Ilaaha Illallah adalah benteng-Ku, barangsiapa masuk di dalamnya, ia selamat dari siksa-Ku.” (HR. Abu Nua`im)
Ketiga, dibangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan bersinar wajahnya. Rasulullah bersabda, “Tiada seorang hamba membaca Laa Ilaaha Illallah sebanyak 100 kali kecuali Allah bangkitkan dia di hari kiamat, dalam keadaan bersinar wajahnya seperti rembulan di malam bulan purnama.” (HR. Ad-Dailami)
Keempat, membaca Laa Ilaaha Illallah lebih utama dari seisi langit dan bumi. Imam Nasa’i meriwayatkan dari Abu Sa’id Al Khudhryi ra. : Nabi saw bersabda, “Nabi Musa as. berdoa, “Wahai Tuhanku, ajarkanlah kepadaku tentang sesuatu untuk berdzikir kepada-Mu.”
Maka Allah berfirman, “Ucapkanlah Laa Ilaaha Illallah.” Lalu Nabi Musa berdoa lagi, “Wahai Tuhanku, setiap hamba-Mu membaca ini, saya ingin sesuatu yang istimewa untukku.” Maka Allah berfirman lagi, “Wahai Musa, andaikata tujuh petala langit dan penghuninya serta tujuh lapis bumi diletakkan di sebelah timbangan kalimat “Laa Ilaaha Illallah”, niscaya akan lebih berat kalimat “Laa Ilaaha Illallah”, melebihi dari semua itu.”
Kelima, membaca Laa Ilaaha Illallah membuat iblis berputus asa dalam mencelakakan diri orang yang membacanya. Nabi telah bersabda, “Biasakanlah membaca kalimat “Laa Ilaaha Illallah” dan istighfar, perbanyaklah membaca keduanya. Sesungguhnya iblis telah berkata, “Aku telah membinasakan manusia dengan dosa namun mereka membinasakan aku dengan ucapan “Laa Ilaaha Illallah dan istighfar”, ketika dalam keadaan yang seperti itu maka aku binasakan mereka dengan hawa nafsu, dan mereka mengira bahwa dirinya telah mendapat hidayah.” (HR. Abu Ya`la)